Survei Pembelajaran Daring SMPN 10 Surabaya di Masa Darurat Covid-19. Inilah Hasilnya!

Tim Penelitian dan Pengembangan Bimbingan dan Konseling (Litbang BK) SMP Negeri 10 Surabaya melakukan survei tentang pembelajaran daring di masa darurat Covid-19. Survei ini dilaksanakan pada 9 – 11 April 2020 dan diikuti oleh 984 siswa dari total 1401 siswa, atau sebanyak 70% siswa SMPN 10 Surabaya. Survei ini dilakukan melalui kueisioner online menggunakan google form.

Tidak hanya tentang belajar melalui moda daring, survei ini juga menanyakan tentang hal-hal yang dilakukan siswa untuk menyikapi masa darurat Covid-19 ini. Survei ini bertujuan untuk mengetahui perilaku belajar daring siswa dan sikap siswa terhadap pandemi Covid-19.

Baca juga:

SMP Negeri 10 Surabaya Optimalkan Pembelajaran Daring

Survei yang telah dilaksanakan memperoleh hasil diantaranya, bahwa sebanyak 65,6% siswa merasa berhati-hati terhadap wabah Covid-19, sedangkan 19,6% siswa menyatakan biasa-biasa saja, 11,3% siswa merasa cemas dan hanya 3,5% yang merasa takut. Dari hasil ini bisa disimpulkan tingkat kepanikan siswa SMP Negeri 10 Surabaya terhadap pandemi Covid-19 ini rendah, Hal ini merupakan sikap yang positif karena menurut penelitian, tingkap kepanikan bisa menurunkan imunitas tubuh. Yang perlu dilakukan adalah waspada atau berhati-hati, bukan menyepelekan.

Selain dikatakan wabah, Covid-19 menyimpan beberapa hikmah. Sebanyak 24% siswa mengatakan mereka lebih dekat dengan keluarga di masa darurat Covid-19 ini. 30,5% siswa mengatakan sekarang jadi tidak keluar rumah, dan 17,5% siswa menjaga jarak dengan orang lain. Sedangkan 8,2% siswa menyatakan bertambah rajin belajara ketika di rumah saja.

Media massa dan media sosial sangat gencar memberitakan tentang Covid-19, dan seolah-olah menjadikan banjir bandang informasi. Disitulah kadang juga hoax bermunculan. 97,9% siswa ternyata mengikuti perkembangan berita mengenai Covid-19 ini, yang mereka peroleh dari televisi (41.5%), berita online (20.6%), instagram (13.5%). Sisanya mengikuti dari WhatsApp, Youtube, radio, koran dan sebanyak 2,1% mengatakan tidak mengikuti berita sama sekali.

Baca juga:

Lintang Ayu Prameswari: Remaja Harus Bijak Menggunakan Gawai dan Media Sosial

Kemudian, yang menarik adalah sebanyak 94% siswa tetap kritis dan mencari tahu kebenaran berita yang didapat dengan cara mengecek ke sumber berita yang lain (55,1%), menanyakan ke orangtua (33,6%), menanyakan ke teman (5,4%), langsung percaya begitu saja (3,2%) dan tidak mengikuti berita sama sekali (2,8%). Kritis terhadap berita yang diterima memang harus dilakukan agar tidak termakan berita yang bersifat Hoax.

Namun demikian, belajar dirumah ternyata membuat separuh siswa merasa bosan (49,8%) dan yang paling banyak dirasakan siswa disamping merasa kesulitan, bingung, dan sedih. Namun ada juga yang merasa senang (11,6%) dan merasa semakin kreatif karena banyak wantu luang (9,2%).

Lalu 66,5% siswa sangat menginginkan segera masuk sekolah, 25,4% cukup menginginkan, 3,8% kurang menginginkan dan 4,2% mengatakan lebih enak belajar di rumah. Hal yang paling dirindukan siswa yang paling dominan adalah bertemu dengan teman-temannya (29,2%). Sangat bisa dipahami bahwa usia remaja adalah masa-masa bersosialisasi dengan teman sebayanya, Wajar jika mereka sangat ingin bertemu kembali dengan teman-temannya di sekolah.

Baca juga:

Mars SMP Negeri 10 Surabaya, Menggugah Semangat Menuntut Ilmu Dalam Persaudaraan

Pembelajaran daring memang menunjukkan sebuah kemajuan pesat teknologi di bidang pendidikan. Tetapi teknologi tidak bisa menggantikan peran guru. Hal ini terbukti dengan 24,1% siswa mengaku belajar online menjadikan sulit untuk memperoleh penjelasan dari guru. Selain itu, kesulitan yang diungkapkan siswa adalah karena sinyal yang lemot (20,3%), tidak ada teman belajar (14,3%) dan lain lain.

Yang sedikit mengherankan adalah 44,2% siswa mengaku jarang/ kadang-kadang didampingi orangtua untuk belajar. 21,2% siswa mengatakan selalu didampingi, 18,7% sering didampingi dan 15,9% tidak pernah didampingi orangtua. Yang menjadi penyebabnya adalah 27,2% orangtua sibuk bekerja (di rumah), 22,9% bekerja di luar rumah, 18,7% orangtua kurang bisa membantu menjawab soal, orangtua kurang bisa mengoperasikan aplikasi teknologi (14,3%) dan siswa yang mengatakan oragtua kurang peduli terhadap belajar siswa sebanyak 1,8%.

Tetapi, walaupun demikian, sebanyak 72,7% orangtua tetap selalu mengingatkan anaknya untuk belajar dan mengerjakan tugas-tugas online dari sekolah. 15,2% orangtua sering mengingatkan, 9,8% jarang mengingatkan dan 2,3% tidak pernah mengingatkan. Motivasi eksternal dari orangtua sangatlah penting, karena siswa setiap hari belajar dirumah. Namun tidak kalah penting lagi adalah motivasi internal dari siswa sendiri.

Berikut gambar diagram selengkapnya:

Jurnalis : Dian Eko Restino/ @dian_eko_restino
Editor : Nazilatul Maghfirah/ @zila_fira
Publisher : Wid Dwi Bowo/ @tvpendidikan_official

8 thoughts on “Survei Pembelajaran Daring SMPN 10 Surabaya di Masa Darurat Covid-19. Inilah Hasilnya!

  1. Raditya Gita Cahyani
    Karena adanya covid-19 kita belajar dari rumah. Aku rindu sekolah. Semoga covid-19 cepat pergi agar aku bisa ketemu dengan sekolah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *