Menggali Pesan Bermakna Dalam Bedah Buku Karya Guru-Guru SMP Negeri 10 Surabaya

Salam Literasi!

Untuk mengisi kegiatan literasi, para guru SMP Negeri 10 Surabaya menggelar bedah buku, Jum’at (13/12/2019). Ada 4 buku yang dibedah yakni “Selaksa Asa Menjadi Nyata” ditulis oleh Yulistiawati, S.Pd. “Ibuku, Kartiniku, Inspirasiku” karya Niken Gratiana S.Pd, “Menjadi Kartini Masa Kini” dari Endang Djuariyah S.Pd, dan Umi Lusiningsih Achjar, S.Pd, MM dengan judul “Gawai, Dua Mata Pisau”. Tiga buku yang terakhir adalah karya berjenis Antologi, yaitu kumpulan karya tulisan pilihan dari beberapa orang pengarang yang dijadikan satu buku.

Acara yang mengambil tema besar “Membaca Merusak Kebodohan, Dengan Membaca Membangun Cita-Cita Menjadi Nyata” ini dibuka oleh sambutan Bapak Kepala Sekolah, Drs. Masykur Hasan, M.Si. Dalam sambutannya, Bapak Masykur mengatakan bahwa kegiatan literasi ini sesuai dengan Ayat Al-Qur’an yang pertama kali turun yaitu Iqra’.

Abah Masykur Membuka Acara. (Foto: Yuniarto)

“Kegiatan literasi ini sangat penting terutama bagi pelajar dalam menghadapi era 4.0, karena teknologi semakin canggih, informasi semakin mudah tersebar. Dengan sering membaca, menulis dan memahaminya maka kalian akan terlatih mengolah informasi. Apalagi sekolah kita, walaupun sekolah kecil, tetapi akan menjadi sekolah pertama yang akan menerapkan teknologi “Atas Awan” yaitu Microsoft Office 365 yang berbasis Cloud“, Kata Abah Masykur yang disambut tepuk tangan meriah para siswa.

Setelah menyampaikan sambutan dan membuka acara, para guru memberikan karya bukunya kepada Bapak Masykur sebagai kenang-kenangan. Dilanjutkan dengan acara inti yaitu bedah buku yang dimoderatori oleh Dian Eko Restino, S.Pd. Buku “Selaksa Asa Menjadi Nyata” menjadi buku pertama yang dibedah. Sang penulis, Yulistiawati, mengatakan bahwa menulis buku adalah impiannya sejak kecil. Buku ini adalah kumpulan kisah perjalanan hidupnya yang dituliskan dalam 4 bagian.

Yulistiawati, S.Pd Sebagai Pembicara Pertama. (Foto: Dimas)

“Saya anak petani desa dari Kabupaten Garut. Hidup saya penuh warna dan liku, tetapi dengan usaha keras dan do’a, cita-cita yang sepertinya terlihat mustahil bagi anak desa akhirnya bisa terwujud. Salah satunya saya bisa menginjakkan kaki di Busan, Korea. Walaupun kesibukan sebagai guru dan ibu dari 3 anak menyita banyak waktu, tetapi Alhamdulillah saya bisa menyelesaikan tulisan dari kisah hidup saya pada buku Selaksa Asa Menjadi Nyata ini”, Ucap Lilis, nama kecilnya.

Begitu pula dengan Niken Gratiana, pembicara kedua. Guru IPS ini mengatakan, tulisannya yang berjudul “Ibuku Hebat” yang dimuat dalam Antologi Buku Ibuku, Kartiniku, Inspirasiku ini juga berdasarkan pengalaman pribadi. Ibu beliau sangat menginspirasi dalam perjalanan hidupnya. Bu Niken juga membagikan tipsnya agar siswa memulai berlatih menulis.

Niken Gratiana, S.Pd memberikan buku kepada Abah Masykur. (Foto: Dimas)

“Anak-anak, mulailah berlatih menulis. Kalian bisa mengawalinya dengan terlebih dahulu banyak membaca, supaya perbendaharaan kata kalian bervariasi. Lalu, tuliskan hal-hal sederhana, misalnya tuliskan cerita atau pengalaman kalian. Jika mengalami kebuntuan, istirahat dulu untuk mencari inspirasi”, Kata Niken.

Acara berlangsung gayeng, diselingi jokes receh tapi renyah oleh moderator yang menjadikan suasana hangat dan akrab. Tibalah giliran mam Endang Djuariyah, S.Pd sebagai pembicara ketiga. Tulisan beliau yang berjudul “Wanita Ibarat Air, Kayu dan Baja” pada buku Menjadi Kartini Masa Kini ini menggambarkan seorang wanita yang lembut, mengalir bagaikan air namun juga bisa diukir layaknya kayu yang menjadikan wanita cantik, juga sebagai baja yang kuat.

Endang Djuariyah, S.Pd Memaparkan Tulisannya. (Foto: Dimas)

“Menulis itu mudah karena bisa diawali dengan menuliskan pengalaman pribadi. Kalau saya dulu waktu sekolah, sering menuliskan cerita teman yang curhat untuk saya jadikan cerpen, tentunya dengan identitas nama yang bukan sebenarnya. Tulisan saya di buku ini menggambarkan wanita jaman now adalah kartini-kartini yang hebat. Kalau bahasa populernya, The Power of Emak-Emak”, Pungkas Endang.

Dan pembicara terakhir adalah Ibu Umi Lusiningsih Achjar, S.Pd, MM. Berbeda dengan tiga pembicara awal, tulisan antologi beliau yang berjudul “Gawai, Dua Mata Pisau” ini masih dalam proses cetak dan penerbitan. Dalam tulisannya, Bu Umi menyampaikan kerpihatinan sekaligus harapannya kepada anak yang sekarang sangat pintar mengoperasikan gawai/gadget, baik siswa bahkan cucu beliau sendiri.

Umi Lusiningsih Achjar, S.Pd, MM. menjadi pembicara terakhir. (Foto: Dimas)

“Kita sudah tidak bisa terlepas dari teknologi, handphone adalah contohnya. Ibarat pisau yang bisa melukai dan bisa mengupas buah, gawai juga bisa merusak dengan konten-konten negatif dan dapat mengembangkan pembelajaran seperti yang akan dikembangkan di SMPN 10 Surabaya. Nah, tugas kalian sebagai pelajar adalah berfikir kritis, mana yang akan kalian pilih, yang merusak atau yang dapat meningkatkan prestasi”, Ungkap Bu Umi memotivasi para siswa.

Untuk lebih menghidupkan forum, moderator mempersilakan siswa mengajukan pertanyaan. Nampak para siswa sangat antusias dan terinspirasi. Terbukti 8 siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sangat bagus. Nurul Aulia Agustin dari kelas 9.D misalnya, menanyakan kepada Ibu Yulis adakah keraguan dalam menuliskan kisah hidupnya. Juga dari Mars Dewangga 8.A, menanyakan bagaimana cara agar menjaga mood menulis.

Penanya Mendapatkan Hadiah dari Pembicara. (Foto: Dimas)

Para penanya mendapatkan hadiah berupa tumblr air minum dari para pembicara, untuk mendukung SMP Negeri 10 yang masuk nominasi Sekolah Adiwiyata Provinsi, dan mengurangi sampah plastik ( zero waste ) dengan membawa tempat makan minum sendiri (BatemMamiri). Acara diakhiri dengan berfoto bersama seluruh peserta bersama guru yang menjadi pembicara. Semoga menginspirasi. Dan, Salam Literasi!

Sesi Foto Bersama. (Foto: Dimas)

Jurnalis: Dian Eko Restino/ @dian_eko_restino

Editor: Nazilatul Maghfirah/ @zila_fira

Publisher: Farhan Eka Febriyanto/ @farhanekafebriyanto

3 thoughts on “Menggali Pesan Bermakna Dalam Bedah Buku Karya Guru-Guru SMP Negeri 10 Surabaya

  1. A good writer.keep on writing. I am very proud of having a teacher like you.if I were your boss,I would choose you as my first pioner in my school. Bravo Mr Dian

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *