Berkaca Pada Finlandia yang Mengadopsi Sistem Pendidikan Ki Hadjar Dewantara Menjadi Terbaik Di Dunia

Renungan Hari Guru, 25 November 2022

Oleh: Wawan Susetya*

PERUBAHAN penggunaan kurikulum di sekolah (SD SMP dan SMA) dari KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) tahun 2006 menjadi K-13 (Kurikulum 2013) hingga Kurikulum Merdeka Belajar tahun 2021 mudah-mudahan mengarah pada perbaikan sistem pendidikan di negara kita, sehingga menjadi lebih baik. Semangat menuju perbaikan demi meningkatnya kualitas pendidikan itu, tentu saja perlu dan sangat penting. Dan, yang terbaru, dengan dikeluarkannya Kurikulum Merdeka Belajar (K-21 tahun 2021) oleh Mendikbud Nadiem Makarim semoga pula menunjukkan semangat yang mengarah peningkatan kualitas sistem pendidikan di negara kita.

Salah satu tolok ukur meningkatnya kualitas pendidikan itu adalah ditandai dengan meningkatnya kemampuan literasi (baca-tulis). Padahal, menurut UNESCO sebagaimana disampaikan dari laman resmi Kominfo bahwa minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen. Dengan kata lain bahwa hanya ada 1 orang di antara sekian banyak masyarakat Indonesia yang rajin membaca. Pada Hari Aksara Internasional 2022 diketahui bahwa dari 61 negara, Indonesia merupakan peringkat ke-60 minat baca. Betapa rendahnya minat baca masyarakat kita. Sebaliknya, mereka lebih aktif dan progresif bermain di medsos. Meski menggunakan medsos juga baca-tulis, tetapi dalam hal ini dikategorikan bicara (ngomong atau cerewet), bukan masuk ranah literasi yang baik dan benar.

Sementara, 20 negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia tahun 2022 versi NJ MED (New Jersey Minority Educational Development) yang dipublikasikan melalui Global Education Report, yakni India, Amerika Serikat, Britania Raya, Australia, Brazil, Rusia, Singapura, Kanada, Belgia, Irlandia, China, Korea Selatan, Spanyol, Jepang, Jerman, Swiss, Swedia, Finlandia, Denmark dan Selandia Baru.

Baca juga:

Teknologi Adalah Penunjang, Bukan Pengganti Guru (Refleksi Hari Pendidikan Nasional 2020)

Dari beberapa negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia itu, negara Finlandia termasuk salah satunya. Padahal pada era tahun 1980-an, pendidikan di negara tersebut lebih buruk daripada sistem pendidikan di Indonesia. Tetapi, setelah Menteri Pendidikan Finlandia menerapkan sistem pendidikan Sistem Among Ki Hadjar Dewantara, Mendikbud di era pemerintahan Bung Karno dan sekaligus pendiri Pendidikan Taman Siswa di Yogyakarta, akhirnya kualitas pendidikan di negara itu mengalami kemajuan pesat. Hal itu jelas menunjukkan suatu keberhasilan reformasi di bidang pendidikan di Finlandia yang sangat pesat. Hasilnya sangat menggembirakan yaitu para siswa (murid) di Finlandia memiliki kemampuan literasi terbaik di dunia, sehingga memiliki tingkat harapan yang tinggi pula.

Sebagaimana disebutkan dari laman New Nordic School yang dikutip www.detik.com, 3/12/2021), setidaknya ada 9 tolok ukur kebersilan sistem pendidikan di Finlandia hingga menjadi terbaik di dunia yakni, 1) kesempatan yang sama, 2) belajar dengan bermain terutama diterapkan sebelum anak-anak memasuki sekolah, 3) pembelajaran personal, 4) minimal dari pengujian standar, 5) jarang ada PR (pekerjaan rumah), 6) teknologi yang mendukung, 7) pembelajaran sepanjang hayat, 8) pembelajaran inklusif, dan 9) guru bersifat otonom, yakni bebas dengan merencanakan pengajaran dari berbagai jenis peserta didik.

Lalu, bagaimana pemikiran Sistem Among Ki Hadjar Dewantara yang telah diadopsi oleh Finlandia hingga menjadi salah satu negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia?

Sistem Among Ki Hadjar Dewantara

Berkaca dari peristiwa itu, yakni diadopsinya Sistem Among Ki Hadjar Dewantara oleh Finlandia hingga menjadi terbaik di dunia, setidaknya kita perlu melakukan mawas diri (instrospeksi diri). Ki Hadjar Dewantara adalah tokoh pendidikan Indonesia dan pendiri Pendidikan Taman Siswa di Yogyakarta yang telah mewariskan semboyan Sistem Among, yakni; Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tutwuri handayani (pemimpin yang berada di depan menjadi tauladan atau contoh yang baik, pemimpin yang berada di tengah memberikan gagasan atau ide yang baik dan pemimpin yang berada di belakang memberikan dorongan).

Sesuai dengan nama Pendidikan Taman Siswa yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara, maka sesungguhnya kita dapat menemukan benang-merah bahwa belajar (sekolah) itu identik dengan perasaan yang tenang atau nyaman seperti ketika sedang berada di taman. Artinya, hendaknya para guru menanamkan suasana senang dan nyaman ketika belajar kepada para siswa, sehingga mereka tidak merasa takut terhadap pelajaran atau tidak merasa beban ketika belajar atau sekolah.

Begitulah, menurut Ki Hadjar Dewantara, para guru semestinya mampu menjadi pamong, mendidik dengan welas asih (kasih sayang) sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan si anak. Selain itu, para guru diharapkan juga mampu menumbuhkan dan mengembangkan daya cipta rasa dan karsa para siswa (peserta didik) sesuai dengan kemampuan dan perkembangannya, termasuk mampu menumbuhkan disiplin dan pemahaman mengenai kesejatian hidup dari dalam diri siswa sendiri. Dalam hal ini, suatu pendidikan tidak dapat dicapai dengan hasil yang baik bila menggunakan metoda yang menekankan para perintah, paksaan, dan hukuman seperti yang umum diterapkan oleh pendidikan kolonial Belanda.

Baca juga:

Bulan Bahasa SMK SINLUI, SPENLUSA Juarai Lomba Baca Puisi SMP Se-Jatim

Dengan sistem pendidikan melalui Sistem Among Ki Hadjar Dewantara tersebut, para guru memiliki tiga fungsi utama. Sebagaimana semboyan Ki Hadjar Dewantara dalam sistem pendidikan, ketika di depan, ia (guru) menjadi teladan atau contoh yang baik bagi para murid. Ketika di tengah, ia (guru) memberikan ide atau gagasan yang baik. Dan, ketika di belakang, ia (guru) mengikuti atau menjalankan dengan baik.

Dengan menjadi pribadi yang seutuhnya, diharapkan para siswa tidak egois (mementingkan diri), sebaliknya juga memiliki empati atau kepedulian kepada sesama manusia. Dengan demikian, ia memiliki sikap saling menghormati dan menghargai kepada orang lain.

Secara umum, pandangan pendidikan Ki Hadjar Dewantara tersebut disebut dengan Tri-Kon, yakni;
Pertama, Konsentris, yakni konsentrasi atau memusat mengenai dunia pendidikan.
Kedua, Konvergen, yakni bersifat menyeluruh (komprehensif) terhadap dunia pendidikan yang bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan siswa.
Ketiga, Kontinyuitas, yakni berkesinambungan.

Demikianlah bahwa sistem pendidikan (Sistem Among) Ki Hadjar Dewantara, pendiri Pendidikan Taman Siswa telah menginspirasi Menteri Pendidikan Finlandia sehingga kemudian mengadopsi dan menerapkannya dengan hasil yang gilang-gemilang menjadi terbaik di dunia. Boleh jadi hal itu sangat ironis. Pendidikan di Finlandia dikembangkan melalui pemikiran Sistem Among Ki Hadjar Dewantara melalui buku-buku maupun tulisan karya beliau, sementara di Indonesia yang notabene sebagai tempat kelahiran dan tempat berkarya serta mengabdi Ki Hadjar Dewantara malah diabaikan.

Tetapi, setidaknya dengan penerapan Kurikulum Merdeka Belajar pada era Mendikbud Nadiem Makariem tahun 2021 itu diharapkan akan semakin membuka cakrawala dunia pendidikan Indonesia yang semakin mendekati dengan Sistem Among Ki Hadjar Dewantara yang jelas sudah menunjukkan bukti nyata mengenai keberhasilannya.

Selamat Hari Guru (tanggal 25 November 2022) wahai guru tanpa tanda jasa dan pembangun insan cendekia.

*Penulis adalah mantan dosen UMM (Universitas Muhammadiyah Malang), Sastrawan-budayawan dan penulis buku, tinggal di Tulungagung Jawa Timur.

3 thoughts on “Berkaca Pada Finlandia yang Mengadopsi Sistem Pendidikan Ki Hadjar Dewantara Menjadi Terbaik Di Dunia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *